Arch Carrying Angels

Ngobrol seputar science, quran dan hanification

Linear-like and arch-like

Posted by qarrobin pada Januari 28, 2010

Berikut ini mungkin adalah hipotesa nyeleneh dari catatan q, artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel line-like and space-like. Artikel ini ditolak oleh para guru akademis di yahoogroup fisika Indonesia. Menurut mereka, sebuah kereta api yang melaju mengelilingi bumi mengalami perubahan arah, sehingga kereta api yang melaju mengitari bumi tidak bisa dianggap sebagai frame-of-reference (kerangka acuan) jika disandingkan dengan pengamat yang diam berdiri di dekat rel kereta api sesuai dengan teori relativitas khusus.

Karena saya menyatakan kalo kereta api yang mengelilingi bumi dalam arah melengkung dapat diaggap sebagai kerangka acuan, maka mereka menganggap kalo pikiran saya sendiri sebenarnya yang paradox. Sebelum saya memaparkan paradox relativitas khusus, kita akan mereview sedikit artikel saya sebelumnya. Dalam artikel line-like and space-like kita kadang mendapatkan gambaran seperti-garis dan kadang kita mendapatkan gambaran seperti-ruang. Kalo sebelumnya saya mengumpamakan memakai pesawat supersonic, kini saya akan memakai perumpamaan kereta api yang melaju mengelilingi bumi.

Linear-like and arch-like

Menurut teori relativitas khusus, kereta api yang melaju mengelilingi bumi akan mengalami perubahan arah karena melaju dalam ruang yang melengkung. Sebenarnya gambaran ruang hanyalah persepsi, keberadaan ruang bergantung kepada materi, sebaliknya arah materi yang melaju bergantung kepada alur ruang yang dilaluinya. Ruang akan melengkung di sekitar massa (tsaqalaani 055,031), contohnya cahaya yang melintasi dekat permukaan matahari, akan terefleksikan sehingga pada saat gerhana matahari, bintang yang posisinya berada di belakang matahari seakan-akan posisinya terlihat berada di samping matahari. Sebenarnya dalam kerangka-acuan cahaya, ia mengalir dalam garis lurus yang kita sebut linear-like. Namun dari kerangka-acuan matahari, ruang disekitarnya terlengkungkan yang kita sebut arch-like.

Menurut teori relativitas umum, cahaya yang melintas di dekat matahari hanya mengikuti alur ruang yang dilaluinya. Begitupun planet-planet yang mengelilingi matahari, mereka hanya berenang (tasbih) mengikuti alur ruang yang dilaluinya. Misalkan kita berada pada kereta api yang melaju cepat, dan kita menjatuhkan sebuah batu, maka kita yang berada di kereta api yang melaju akan melihat batu melalui garis lurus ketika jatuh, namun pengamat yang berada di dekat rel kereta api akan melihat batu melalui garis melengkung ketika jatuh. Karna ruang yang pada dirinya sendiri sebenarnya tidak ada, ruang hanyalah sebuah konsep. Ruang bersifat relative, sehingga hipotesa nyeleneh yang kita dapat adalah gambaran seperti garis lurus tidak dapat dibedakan dengan gambaran seperti garis melengkung. Gambaran ruang bergantung kepada kerangka-acuan yang kita ambil, kita kadang mendapat gambaran seperti garis lurus (linear-like), kadang kita mendapatkan gambaran seperti garis melengkung (arch-like).

Paradox relativitas khusus

Misalkan kita berada di kereta api yang diam, tiba-tiba ada sebuah kereta api yang melintas di dekat kita, maka sesaat kita akan bingung kereta mana yang diam dan kereta mana yang bergerak, saya pernah mengalami hal ini. Sehingga hukum fisika akan berlaku sama pada kedua kereta api. Salah satu kereta api dapat menganggap kerangka acuannya diam dan kereta yang lain bergerak.

Sekarang kita akan mulai paradoxnya, contoh yang akan saya gunakan adalah pengamat A yang diam di dekat rel kereta api dan pengamat B yang berada pada kereta api yang bergerak melaju mengelilingi bumi. Karena gambaran seperti garis lurus dan gambaran seperti garis melengkung tidak dapat dibedakan, maka menurut hipotesa nyeleneh saya, seharusnya hukum fisika akan berlaku sama pada kedua pengamat.

Misalkan pengamat B yang berada di kereta api melaju mendekati kelajuan cahaya ketika mengelilingi bumi. Kedua pengamat misalkan si kembar yang berusia 20 tahun. Misalkan kereta api melaju selama 30 tahun. Maka pengamat B akan berusia 50 tahun, namun pengamat A akan berusia 70 tahun. Karena hukum fisika ternyata berlaku tidak sama, maka sementara akan kita anggap kalo pikiran saya sendirilah yang paradox, dan diambil kesimpulan kalo kereta api yang melaju melengkung, tidak dapat diambil sebagai kerangka acuan dalam teori relativitas khusus, karena arah kereta mengalami perubahan, dari garis lurus menjadi melengkung.

Dengan enaknya kita mengambil kesimpulan ya begitulah cara kerja semesta yang menakjubkan dan meninggalkan permasalahan kalo dalam teori relativitas umum, ternyata hukum fisika berlaku tidak sama. Padahal menurut Einstein, hukum fisika akan berlaku sama dalam setiap kerangka acuan. Sekilas memang ini terlihat hanya masalah perbedaan teori relativitas khusus dan teori relativitas umum. Kita anggap tidak ada masalah pada teori relativitas khusus, namun karena masalah perubahan arah dilemparkan ke teori relativitas umum, bagaimanakah menjelaskan hukum fisika yang berlaku tidak sama ini?

Nampaknya terlihat kalo yang mengalami paradox adalah teori relativitas umum. Kita coba kembali ke pengamat yang menjatuhkan batu ketika berada di kereta api yang melaju dan melihat gambaran garis lurus, sedangkan pengamat yang berada di dekat rel kereta api akan melihat gambaran garis melengkung. Bukankah garis lurus dan garis melengkung hanyalah sebuah konsep yang kita persepsi, apakah kemudian kereta yang melaju pada garis melengkung tidak dapat dijadikan kerangka-acuan. Kesalahan kita adalah membuat pembatasan antara garis lurus dan garis melengkung, membuat pembatasan antara relativitas khusus dan relativitas umum.

Dengan membuang konsep pembatasan ini, maka saya akan menghilangkan paradox relativitas khusus dengan penjelasan berikut. Kereta api yang bergerak, tidak masalah apakah ia melalui garis lurus atau garis melengkung, kereta api itu akan memiliki ruang-waktu nya sendiri, sehingga ketika setelah melaju selama 30 tahun, pengamat B akan berusia 50 tahun, sedangkan pengamat A akan berusia 70 tahun.

Sekarang tinggal memecahkan paradox relativitas umum. Seharusnya kita mendapatkan hukum yang sama baik pada pengamat yang diam maupun pada pengamat yang bergerak. Di manakah kita terjebak? Kita membuat batas kelajuan pada konstanta kelajuan cahaya, namun kita sendiri mendefinisikan konstanta itu dengan konsep yang relative yakni meter dan detik. Sehingga kita mendapatkan hukum yang berbeda pada si kembar A dan B. Lalu dengan apakah kita harus mendefinisikan konstanta kelajuan cahaya sehingga kita mendapatkan hukum yang sama pada setiap kerangka acuan, baik yang berada pada garis lurus maupun pada garis melengkung? c = 12000 orbit bulan / satu hari bumi.

9 Tanggapan to “Linear-like and arch-like”

  1. adi isa said

    pertamanya…

    salam jumpa lagi sobat

  2. dedekusn said

    Keduaxx dulu 😀

  3. Fitri said

    Apa kabar, koko?

  4. JoantR23 said

    Usually, university teachers are willing to testify the good essay creative writing ability of their students, but not all good students can to write correctly because of lack of writing skills and other reasons. Hence, a essay writing service will help to create the persuasive term paper professionally.

Tinggalkan komentar