Arch Carrying Angels

Ngobrol seputar science, quran dan hanification

Senjakala Bintang

Posted by qarrobin pada November 24, 2010

Pada masa SMU saya suka memandang bintang gemintang pada permulaan malam maupun pada akhir malam. Pada tahun 1999 menjelang semester akhir, musik Underground banyak digemari anak-anak remaja. Biasanya kami nongkrong di pinggiran Plaza Pulau Mas yang berada di lantai bawah Hotel King sembari menunggu senja.

Di samping Pulau Mas ada toko buku Gramedia. Selain nongkrong membicarakan festival musik, saya mengisi waktu dengan membaca buku. Di antara Sriwijaya Underground Community, seorang pemain keyboard yang bernama Bey ar-Rayyan yang juga pandai membuat puisi, memperkenalkanku dengan karya-karya Wilhelm Friedrich Nietzsche.

Karya Nietzsche merupakan bacaan yang berat. Yang membuat saya tertarik yakni salah satu judul, Senjakala Berhala. Selain Bey, saya memiliki banyak teman yang pandai membuat puisi diantaranya Hafez Zein Syahril Gumay, Mulya Victorian Sianipar, Agus, Dhekuza dan Rudi. Meski saya tidak memahami sastra, saya suka berteman dengan mereka.

Namun saya cenderung tertarik dengan fisika teori. Pada suatu senja saya nongkrong bersama anak-anak Underground di depan balai camat ¾ Ulu darat. Saya menatap langit di atas saya dan ada satu bintang yang muncul, cahayanya menjadi lebih cemerlang kemudian menghilang. Padahal bintang yang lain belum muncul dan saya perhatikan tidak ada pesawat terbang yang melintas.

4 Tanggapan to “Senjakala Bintang”

  1. Hafez said

    senjakala bintang,, kenangan indah manakala kita duduk bersama dengan secangkir kopi, dibawah redup lampu selasar kost..

  2. padahal kalo bisa diabadikan dengan foto, bisa jadi bukti baru penemuan hilangnya sebuah bintang (galaxi)… 😮

Tinggalkan komentar